مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, Allah akan memfaqihkan agamanya” (H.R Bukhari Muslim)
al-Imâm Syâfi'i pemah mengatakan:
Aku pernah mengeluh kepada Imâm Waqi' tentang jeleknya hafalanku
Maka beliau membimbingku untuk meninggalkan maksiat
Dan beliau berkata : “Ketahuilah bahwa ilmu adalah cahaya
Dan cahaya Allâh tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahulloh berkata, "Sebagaimana tidak ada generasi yang lebih sempurna dari para sahabat, maka tidak ada pula kelompok yang lebih sempurna dari para pengikut mereka. Maka dari itu, siapa saja yang lebih kuat dan bersunggguh sungguh dalam mengikuti Hadits dan Sunnah Rosululloh serta jejak para sahabat, maka mereka lebih sempurna. Kelompok yang seperti ini akan lebih utama dalam hal persatuan, petunjuk, berpegang teguh dengan tali (agama) Allah, dan akan lebih selamat dari perpecahan, perselisihan dan fitnah. Dan barangsiapa yang menyimpang jauh dari Sunnah Rosululloh dan jejak para sahabat, maka mereka akan semakin jauh dari rahmat Allah dan akan lebih mudah terjerumus dalam fitnah". (Minhajus Sunnah, 6/368).
PERHATIKANLAH: Al-Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan..
"Di antara sempurnanya nikmat Allah pada para
hamba-Nya yang beriman, Dia menurunkan pada
mereka KESULITAN dan DERITA. Disebabkan derita ini
mereka pun menTAUHIDkan-Nya (hanya berharap
kemudahan pada Allah, pen). Mereka pun banyak
berdo’a kepada-Nya dengan berbuat ikhlas.
Mereka pun tidak berharap kecuali kepada-Nya. Di
kala sulit tersebut, hati mereka pun selalu
bergantung pada-Nya, tidak beralih pada selain-
Nya. Akhirnya mereka bertawakkal dan kembali
pada-Nya dan merasakan manisnya iman. Mereka
pun merasakan begitu nikmatnya iman dan
merasa berharganya terlepas dari syirik (karena
mereka tidak memohon pada selain Allah). Inilah
sebesar-besarnya nikmat atas mereka. Nikmat ini
terasa lebih luar biasa dibandingkan dengan
nikmat hilangnya sakit, hilangnya rasa takut,
hilangnya kekeringan yang menimpa, atau karena
datangnya kemudahan atau hilangnya kesulitan
dalam kehidupan. Karena nikmat badan dan
nikmat dunia lainnya bisa didapati orang kafir dan
bisa pula didapati oleh orang mukmin."
[Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, Darul Wafa’, 10/333]